DETEKTIF HIJAIYAH
Adzan subuh berkumandang dengan
merdunya di perkampungan desa parang. Suara muadzin yang menggema di Mushola Attaufiq
itu, berhasil membangunkan warga-warga yang terlelap dari tidurnya. Salah satu
warga yang datang melihat sebuah kotak kayu yang dikira hanya sebuah kotak amal
yang tergeletak dipojok teras mushola. Tapi lama kelamaan mbok Suti nama warga
itu heran, karena bentuk kotak tersebut lebih panjang dari kotak amal umumnya.
Ia ingin berjalan mendekati kotak tersebut, tetapi tertolak karena iqomah
dikumandangkan. Mbok Suti mendengus kesal, lalu dia berjalan mauk, mengikuti
jama’ah subuh. Selama jama’ah ia tak bisa khusyuk, rasa penasaran pada kotok
kayu itu, telah menghantui pikirannya.
Jamaah subuh pun usai. Mbok Suti
bergegas keluar mushola dan menghampiri kotak kayu tadi. Ia terpaku melihat
isinya. Hanya mengucap kalimat istighfar berkali kali ‘’bapak-bapak, ibu-ibu,
ya allah, maasya allah, astaghfirullah, allahuakbar !!!’’ teriaknya histeris sampai-sampai
kalimat thoyyibah pun ia keluarkan. Warga-warga yang mendengar pun menghantikan
aktifitasnya, dan berlari menghampiri
mbok Suti.
‘’Ada apa mbok?’’ tanya pak RT yang kebetulan ikut kumpul. Mbok
Suti menunjuk nunjuk ke arah kotak tersebut, pertanda agar warga-warga
melihatnya. Warga-warga pun sama kagetnya ketika melihat ke arah kotak itu
. ‘’Ya allah!!! In...i ba...yinya
siape?’’ tanya salah satu warga. Terlihat bayi mungil yang tertidur nyenyak,
dibalut dengan selimut super tebal didalam kotak kayu itu.
‘’Permisi warga-warga!, siapa
yang mau merawat bayi ini?’’ tanya pak RT kemudian.
‘’Akan saya rawat bayi ini hingga
besar!’’ ucap mbok Suti, sambil menggendong bayi itu, dan mengelus elus pipinya
yang lembut. Di dalam kontak itu pun terdapat pakaian bayi, dan sebuah
bertuliskan ‘’Tolong rawat dia’’
disertai selembar uang merah. Dan yang lebih menarik dari semua
benda-benda itu adalah sebuah liontin berbentuk setengah lingkaran yang
berbentuk love berwarna perak, di belakangnya terdapat juga tulisan sebuah nama
‘’Alif’’. Mungkin itulah nama yang diinginkan bayi mungil ini. Mbok Suti lalu
membawa pulang bayi itu beserta benda-benda tersebut ke rumahnya. Mbok Suti
merawatnya dengan cinta dan kasih sayang yang tulus, seperti anak sendiri
walaupun mbok Suti belum dikaruniai anak sampai sekarang yang usianya hampir
menginjak kepala lima.
Sepuluh tahun sudah, mbok Suti
merawat Alif dengan sabar dan ikhlas. Ia menjadi anak yang pintar, sholeh,
serta rajin. Alif telah menduduki bangku kelas lima Madrasah Ibtidaiyah. Ia
tumbuh dalam asuhan ayah angkatnya, Pak Dar seorang muadzin Mushola Attaufiq dan
ibu angkatnya, mbok Suti seorang penjual gorengan.
Di suatu hari, Alif akan
berangkat sekolah. ‘’ Alif, ini gorengannya nak!...’’ kata mbok Suti
mengingatkan
. Alif memang ikut membantu
menjual gorengan ibuknya di sekolahan. ‘’iya buk, itu berapa jumlahnya?’’ ucap Alif.
‘’ itu jumlahnya 40, bakwan
25,dan tahu 15. Hati-hati ya lif...!’’ tutur mbok Suti.
‘’iya buk, assalamualaikum!’’ ujar Alif sambil
membawa sebaskom gorengan, dan mencium punggung tangan mbok Suti.
‘’waalaikumsalam!’’. Jawab mbok Suti kemudian.
Lima belas menit berlalu, alif
telah sampai di sekolahan. Ia lalu berjalan menuju kantin untuk menyetorkan
gorengannya.
‘’mbak, ini gorengannya ada 40 ya mbak!’’
papar Alif kepada mbak Zaim penjaga kantin
“ya dek’’ ucapnya. Aif lalu
berjalan menuju kelasnya. Ia berjalan dengan sedikit pincang, karena mengidap
penyakit rakhitis, yang menyebabkan kakinya berbentuk seperti huruf O atau X.
Dengan kondisi seperti itu, ia tidak pernah menganggapnya penghalang untuk
mencari ilmu.
‘’Hai Alif, cepet-cepet
kemari!!’’ teriak Hamzah dari dalam kelas.
‘’Assalamualaikum...’’ucap Alif saat memasuki
kelas.
‘’Waalaikumsalam, cepet sini. Kami ingin
memberimu suatu hal!’’ kata haya sambil melambaikan tangannya. ‘’Ada apa?’’
tanya Alif sambil berjalan menuju mereka
‘’Lif, akhir-akhir ini, isi kotak amal
mencurigakan!’’ ucapnya histeris. Memang, mereka berempat adalah anak-anak
terpercaya didesanya, sehingga mereka ditugaskan untuk menghitung jumlah kotak
amal seminggu sekali.
‘’Kenapa memangnya?’’ tanya Alif
heran. ‘’setiap kita menghitungnya, pasti didalamnya terdapat uang sebesar dua
ratus ribu rupiah lif’’ papar Haya.
‘’Dan itu terjadi setiap malam jum’at!’’
tambah Aina. ‘’Hah!!’’ Alif kaget, dan langsung duduk di sebelah Hamzah.
‘’Sekarang kita akan mencari tahu, siapa sebenarnya orang dibalik misteri kotak
amal itu’’ tutur Alif, dan disertai anggukan dari teman-temannya.
’’Ntar, habis jum’atan kumpul
dirumahku ya... musyawaroh untuk memecahkan misteri! Ok!’’ ucap Haya disertai
kedipan satu matanya. Kita pun kembali ke bangku masing-masing, dan menunggu
jam masuk mulai.
Mereka telah berada dirumah Haya
pukul 13:00 WIB siang. Mereka akan berdiskusi tentang rencana yang akan mereka
lakukan nanti. ‘’Eh, bagaimana kalau
kita bentuk sebuah nama club atau geng, atau apalah, biar tambah keren!!’’ ucap
Hamzah
“ok setuju tapi apa namanya?”
tanya Aina
“bagaimana kalu detektif Hijaiyah,
kan pas sama kondisi kita yang akan memecahkan misi sepeti detektif- detektif “
usul Alif kemudian
“siip tadi hijaiyah itu
darimana?” tanya Aina
“ini belum pada tahu, atau pada
sadar?” nama kita ini kan mirip huruf Hijaiyah! Aku jelas huruf Alif, Hamzah
juga, Aina dari huruf Alif, Ya’ sama Nun, sedangkan Hayya dari ha’ dan ya’
kan?” jelas Alif panjang lebar
“iyaa,, yaa benar juga!” kata Hayya
sambil mengambil lumpia goreng lalu memakanya
“keren juga ya namanya!” ucap Hamzah
yang membuat nama itu hanya tersenyum samar
“oke! Kita mulai sekarang saja!” tegas
Alif’
“nanti kalian berdua Alif dan Hamzah
mengintip halaman musholla dari rumahnya mbok Suti, yok kerumahnya Alif!” papar
Aina ia menjeda ucapanya dengan meneguk
es teh yang dipegangnya dari tadi “terus
aku dan Hayya akan di musholla, mengintip dari dalam sambil pura-pura mengobrol
lanjutnya kemudian
“mengintip apa?” tanya Hamzah
“biasanya setiap habis jumatan
ada orang berpakaian hitam menuju musholla!, dan kemudian tugas kita adalah
memperhatikan orang itu, kalian dari luar, sedangkan aku dan Aina dari dalam”
jelas Alif para personil detektif Hijaiyah pun mengangguk tanda mengerti
“detektif Hijaiyah siap
memecahkan misi!” teriak Aina sambil mengeplak meja di depanya, yang lain pun
hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah laku seorang Aina, mereka
pun pergi menuju tempat yang sudah ditentukan
Tepat sepuluh menit kemudian
sebuah mobil hitam memasuki halaman musholla, semua personil detektif Hijaiyah
telah siap siaga ditempat masing-masing, terlihat laki-laki berpakaian serba
hitam, sebagaimana yang telah disebut Alif tadi, turun dari mobil hitam Alif
akan fokus dengan hal itu, ia memainkan lionton ditangannya yang dulu berada
dikotaknya, tapi Alif tak mengetahui hal itu, ia hanya tahu bahwa liotin itu
pemberian mbok Suti dulu, dan mbok siti berkata agar membawa liotin itu
kemanapun ia pergi, mbok siti bahwa suatu hari nanti alif akan menentukan
pasangan liotinya
Sesaat kemudian, lelaki itu
berjalan menuju kotak amal musholla, ia menegok ke kanan kiri, sebelum
memasukkan uang ke dalam kotak amal betapa terkejutnya Aina dan Hayya saat itu,
yang mengamatinya dari musholla dalam, mereka melihat lelaki itu memasukkan
uang merah ke dalam kotak amal, Aina yang melihat dengan mata kepala sendiri
sontak terkaget dan ingin berteriak, namun Hayya sudah membekap mulutnya
terlebih dahulu, Alif dan Hamzah yang sudah mengamatinya dari rumah Alif, melihat
benda yang terjatuh dari saku lelaki itu, tapi laki-laki itu tak menyadarinya
mereka pun menuju halaman musholla dan mengambil benda itu,tapi lelaki itu yang
tengah akan membuka pintu mobilnya
“pak permisi, apakah ini punya
Anda?” tanya Alif kepada lelaki itu, saat itu juga aina dan hayya menghampiri
mereka, lelaki itu mengganguk lalu membuka kacamata hitamnya, Alif yang tahu
benda apa yang dibawa Alif terheran-heran
“kenapa kau mengeluarkan
liontinmu lif?” tanya Hayya kemudian, Alif yang ditanya kaget dan membantin
“liontinku kan tadi sudah aku
masukkan! Hamzah juga menyadari akan hal itu
“liontinku kan sudah aku masukkan
tadi!” jawab Alif
“terus apa yang kau pegang?”
tanya Hayya lagi, Alif menyadarinya, ia sudah tahu apa benda yang dibawanya, Aina
yang juga tahu akan hal itu ikut angkat bicara
‘lif coba keluarkan liontinmu!”
perintah Aina Alif pun menurutinya, lelaki tadi hanya diam, berdiri didepan Alif,
dengan raut wajah yang tak bisa diartikan
“anak siapa namamu?” tanya lelaki
itu pada Alif
“nama saya Alif pak!” jawab Alif
lelaki itu langsung mendekap tubuh Alif dan menumpahkan air matanya dipundak
anak itu
“kaulah anak yang selama ini
bapak cari anak!, coba lihat liotin yang kau bawa anak!” ujar lelaki itu, ia
langsung melepas pelukanya
Alif pun langsung menyodorkan
liotin itu kepadanya, lalu lelaki itu
langsung menggabungkanya dan mejadi bentuk bulat yang sempurna, lelaki itu pun
menunjukkan 2 nama yang ada dibelakangnya, alif dan Akeyna
Akeyna itu nama ibumu yang telah
meninggal ketika melahirkanmu Alif dulu,, maafkan bapak anak!” jelas lelaki
itu, dan kembali menangis
“bapak maaf telah membuangmu
dulu,karna bapak takut dengan nenekmu,yang menyuruh bapak untuk membuangmu”
jelasnya lagi
Nenekmu menganggap kaulah anak
pembawa sial, lanjutnya, teman-teman alif hanya menyaksikan kisah itu dengan
bengong “ berati selama ini aku diasuh oleh orang tua angkat?” tanya Alif
lelaki itu mengganguk “ dan berarti, selama
ini yang mengisi kotak amal dengan jumlah besar itu, bapaknya alif? Tanya
hamzah dan lagi-lagi lelaki itu mengganguk
aina dan haya masih saja melongo, tak percaya akan hal itu semua
” misi kita telah selesai,,! Ucap
Hayya
yang masih melihat lelaki itu tanpa satu pun
kedipan. Sekarang tugas mereka telah selesai, mereka telah tahu siapa yang
menjadi misteri kotak amal, dan Alif juga telah menemukan ayah kandungnya,
menemukan pasangan liontinya, tugas detektif Hijaiyah telah tuntas.
Komentar
Posting Komentar